Asal Usul Nama Jalan Glodok

Asal Usul Nama Jalan Glodok

Desember (December)

Desember adalah bulan terakhir dalam kalender Masehi. Nama bulan ini memiliki asal-usul yang menarik:

Di belahan bumi utara, Desember menandai awal resmi musim dingin, dengan titik balik matahari musim dingin jatuh sekitar tanggal 21 atau 22. Ini menandai hari terpendek dalam setahun di belahan bumi utara.

Bulan ini sangat identik dengan berbagai perayaan liburan, terutama:

Suasana liburan ini sering dicerminkan dalam dekorasi, musik, dan tradisi khusus yang membuat Desember menjadi bulan yang penuh kegembiraan dan kehangatan di tengah cuaca dingin.

Dari segi alam, Desember di banyak tempat ditandai dengan salju pertama, menciptakan pemandangan musim dingin yang khas. Meskipun hari-hari pendek dan cuaca dingin dapat menjadi tantangan, banyak orang menikmati aktivitas musim dingin seperti ski, ice skating, atau hanya berkumpul di dalam rumah yang hangat.

Desember juga sering menjadi waktu untuk refleksi akhir tahun, dengan banyak orang merenungkan pencapaian mereka selama tahun tersebut dan membuat resolusi untuk tahun yang akan datang.

Dalam dunia bisnis, Desember sering menjadi bulan yang sibuk dengan belanja liburan, yang dapat memiliki dampak signifikan pada ekonomi.

Dalam bahasa Latin, Desember disebut "December". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Disembe". Desember terdiri dari 31 hari dan sering dikaitkan dengan perayaan liburan, kebersamaan keluarga, dan persiapan menyambut tahun baru.

Mengenalkan keindahan alam Indonesia ke anak, tak lengkap rasanya tanpa menceritakan asal-usul Gunung Semeru. Ya, Gunung Semeru adalah salah satu gunung terbesar di Indonesia, Bunda.

Gunung Semeru juga merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa lho. Keindahan gunung yang terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur ini telah dikenal di seluruh penjuru Indonesia.

Gunung Semeru memiliki ketinggian mencapai 3.676 meter dari permukaan laut. Puncak Gunung Semeru dikenal juga dengan nama Mahameru.

Istilah Mahameru berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti meru agung. Meru artinya adalah pusat jaga raya, sedangkan agung berarti besar.

Gunung Semeru memiliki nama lain yang jarang diketahui banyak orang, yakni Semeroe, Smeru, dan Smiru. Ejaan nama tersebut diambil dari peta Beschryving van de vulkanen Semeroe en Lemongan, yang merupakan peta ekspedisi dari Belanda di abad ke-19.

Peta ini dinamakan Top van den Semeroe (1879). Nah, dalam peta tersebut, Semeroe merupakan nama gunungnya, sementara Mahameroe adalah nama puncaknya.

Tahukah Bunda? Menurut legenda, penamaan puncak Mahameru ada kaitannya dengan sebutan Paku Pulau Jawa lho.

Legenda mengenai asal mula Gunung Semeru terdapat dalam kitab kuno Tantu Pagelaran, yang dipercaya berasal dari abad ke-15. Demikian seperti mengutip buku Soe Hok Gie Sekali Lagi: Buku, Pesta, dan Cinta di Alam Bangsanya karya Rudi Badil dkk.

Dalam kitab tersebut diterangkan bahwa suatu saat Pulau Jawa akan mengapung terombang-ambing di lautan. Kemudian, Batara Guru yang dianggap sebagai penguasa tunggal memerintahkan para dewa dan raksasa untuk memindahkan Gunung Mahameru di India, untuk dijadikan sebagai paku Pulau Jawa agar tidak terombang-ambing.

Dalam perjalanan pemindahannya, terjadi banyak hal yang begitu menakjubkan lho, Bunda. Seperti apa kelanjutan kisahnya?

TERUSKAN MEMBACA DI SINI.

Simak juga cara membuat mainan gunung berapi, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Gunung Semeru terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Gunung Semeru merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggiannya mencapai 3.676 meter dari permukaan laut.

Puncak Gunung Semeru dikenal sebagai Mahameru. Penamaan puncak Mahameru ini menurut legenda ada kaitannya dengan sebutan Paku Pulau Jawa.

Sebelum membahas lebih detail mengenai kaitan tersebut, terlebih dulu akan dijelaskan bagaimana asal usul nama Gunung Semeru diciptakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oktober (October)

Oktober adalah bulan kesepuluh dalam kalender Masehi. Nama bulan ini memiliki asal-usul yang menarik:

Di belahan bumi utara, Oktober adalah jantung musim gugur, ditandai dengan perubahan warna daun yang dramatis menjadi merah, oranye, dan emas. Fenomena alam ini sering menjadi daya tarik wisata di banyak daerah, dengan orang-orang melakukan perjalanan khusus untuk menyaksikan keindahan 'foliage' musim gugur.

Oktober juga dikenal dengan Halloween, yang jatuh pada tanggal 31. Perayaan ini berakar pada tradisi kuno Celtic dan telah berkembang menjadi festival kostum dan kegembiraan yang populer di banyak negara. Halloween sering dikaitkan dengan hantu, penyihir, dan hal-hal supernatural lainnya.

Dalam tradisi pertanian, Oktober sering menjadi waktu untuk panen akhir tahun, terutama untuk tanaman seperti labu dan apel. Festival-festival panen dan pasar petani sering mencapai puncaknya pada bulan ini, merayakan hasil bumi dan persiapan menghadapi musim dingin yang akan datang.

Di banyak negara, Oktober juga dikaitkan dengan Oktoberfest, festival bir tahunan yang berasal dari Jerman. Meskipun nama festival ini mengandung kata "Oktober", sebagian besar perayaan sebenarnya berlangsung pada akhir September.

Cuaca di bulan Oktober sering kali berubah-ubah, dengan hari-hari yang semakin pendek dan suhu yang mulai menurun di belahan bumi utara. Namun, bulan ini masih sering memiliki hari-hari yang cerah dan nyaman, ideal untuk kegiatan outdoor seperti hiking dan menikmati pemandangan musim gugur.

Dalam bahasa Latin, Oktober disebut "October". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Oktoube". Oktober terdiri dari 31 hari dan sering dikaitkan dengan warna-warna hangat musim gugur dan suasana yang nyaman menjelang musim dingin.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, TAMANSARI - Glodok yang dikenal sebagai kawasan Pecinan di Jakarta itu ternyata dulunya bernama Pancoran di masa Hindia Belanda.

Menurut Arkeolog UI, Candrian Attahiyat, asal usul nama Glodok berawal dari sebuah Pancoran atau pancuran air di sekitar wilayah itu.

"Karena dulu di situ ada teknologi baru pendistribusian air dari Kali Ciliwung, kemudian air itu dialirkan ke arah Kota Tua dan sekitarnya. Maka dulu disebut Pancoran," jelasnya pada Jumat (8/7/2022).

Namun, karena pancoran itu kerap berbunyi 'geluduk-geluduk', warga lokal menyebut wilayah itu dengan sebutan Glodok.

Sementara keterangan Candrian serupa dengan buku "Asal Usul Nama Tempat di Jakarta" karya Rachmat Ruchiat yang diterbitkan Masup Jakarta.

Baca juga: Melihat dari Dekat Gapura Chinatown Jakarta, Ikon Baru Ibu Kota Karya Pematung Bali

Dalam keterangan buku itu, penamaan Glodok karena tiruan bunyi pancuran air masuk akal.

Sebab, pada tahun 1670 terdapat semacam waduk penampungan air dari Ciliwung yang dikucurkan dengan pancuran kayu dari ketinggian 10 kaki.

Dari buku yang sama, keterangan lain menyebutkan nama Glodok diambil dari sebuah jembatan di Kali Besar bernama Jembatan Glodok.

Di Jembatan itu terdapat sejumlah anak tangga.

Penduduk sekitar sering menggunakan tangga itu untuk mandi dan mencuci.

Dalam bahasa Sunda, tangga itu disebut dengan Golodok.

Baca juga: Anies Baswedan Bangun Kembali Gapura Chinatown Jakarta di Glodok yang Dirobohkan Kependudukan Jepang

Melihat dari Dekat Gapura Chinatown Jakarta

Gapura Chinatown Jakarta jadi ikon baru di kawasan Pecinan, Glodok Pancoran, Jakarta Barat.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, TAMANSARI - Glodok yang dikenal sebagai kawasan Pecinan di Jakarta itu ternyata dulunya bernama Pancoran di masa Hindia Belanda.

Menurut Arkeolog UI, Candrian Attahiyat, asal usul nama Glodok berawal dari sebuah Pancoran atau pancuran air di sekitar wilayah itu.

"Karena dulu di situ ada teknologi baru pendistribusian air dari Kali Ciliwung, kemudian air itu dialirkan ke arah Kota Tua dan sekitarnya. Maka dulu disebut Pancoran," jelasnya pada Jumat (8/7/2022).

Namun, karena pancoran itu kerap berbunyi 'geluduk-geluduk', warga lokal menyebut wilayah itu dengan sebutan Glodok.

Sementara keterangan Candrian serupa dengan buku "Asal Usul Nama Tempat di Jakarta" karya Rachmat Ruchiat yang diterbitkan Masup Jakarta.

Baca juga: Melihat dari Dekat Gapura Chinatown Jakarta, Ikon Baru Ibu Kota Karya Pematung Bali

Dalam keterangan buku itu, penamaan Glodok karena tiruan bunyi pancuran air masuk akal.

Sebab, pada tahun 1670 terdapat semacam waduk penampungan air dari Ciliwung yang dikucurkan dengan pancuran kayu dari ketinggian 10 kaki.

Dari buku yang sama, keterangan lain menyebutkan nama Glodok diambil dari sebuah jembatan di Kali Besar bernama Jembatan Glodok.

Di Jembatan itu terdapat sejumlah anak tangga.

Penduduk sekitar sering menggunakan tangga itu untuk mandi dan mencuci.

Dalam bahasa Sunda, tangga itu disebut dengan Golodok.

Baca juga: Anies Baswedan Bangun Kembali Gapura Chinatown Jakarta di Glodok yang Dirobohkan Kependudukan Jepang

Melihat dari Dekat Gapura Chinatown Jakarta

Gapura Chinatown Jakarta jadi ikon baru di kawasan Pecinan, Glodok Pancoran, Jakarta Barat.

Gapura yang tampak cukup megah dan menawan ini ternyata diukir oleh para pematung I Komang Witantra (44), asal Gianyar, Bali.

Pematung dari Tiga Dimensi Sculpture ini mengatakan awalnya kontraktor Pulau Intan melakukan seleksi pembuatan ukiran gapura itu kepada sejumlah studio sculpture di Bali.

"Ada sekitar 3 atau 4 tim yang diseleksi dan kami yang dipilih," ujar Komang kepada TribunJakarta.com di lokasi Gapura, Pancoran, Glodok, Jakarta Barat pada Selasa (5/7/2022) lalu.

Baca juga: Melihat Bangunan GKI Tertua di Kwitang: Awalnya Pendeta Belanda Beli Rumah Berdinding Bambu

Pihak kontraktor memercayai pengukiran gapura itu kepada Studio Tiga Dimensi Sculpture dari Gianyar.

I Komang Witantra kemudian berangkat ke Jakarta untuk melihat desain gapura yang akan dibuat di China Town Glodok.

"Proses pengerjaannya di Bali dulu, kemudian baru dibawa dan dipasang di Glodok," lanjutnya.

Komang dan tim mengerjakan sesuai dengan pesanan dari kontraktor.

Mereka diberi tugas mengukir ornamen sementara konstruksi dan atap gapura dibuat oleh kontraktor.

Para pematung dari Gianyar itu mengukir ornamen khas Tionghoa di empat pilar Gapura Chinatown Jakarta itu seperti ornamen naga, api dan awan.

Seluruh ornamen diukir di dua pilar berukuran sekitar 6 meter dan dua pilar berukuran 9 meter.

Baca juga: Kisah Ragusa, Toko Es Krim Tertua di Jakarta dengan Rasa Melegenda

Pilar-pilar gapura itu dikerjakan oleh 19 seniman ukir.

"Masing-masing pilar ada satu naga," pungkasnya.

Diresmikan Anies Baswedan

Adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang meresmikan Gapura Chinatown Jakarta di pecinan itu pada 30 Juni 2022.

Ia bercerita sebenarnya gapura ini sudah ada sejak abad ke-18. Kemudian pada masa kependudukan Jepang, gapura yang asli dihancurkan.

"Sesudah itu gapuranya tidak pernah dibangun kembali. Tahun 2018 sekitar bulan Februari waktu itu, saya datang kemari.

Pak Bambang Soemarko, Pak Anwar, Pak Yusuf waktu itu kita ngobrol sama-sama menyampaikan aspirasi, 'Pak, boleh tidak pak kalau gapura yang dulu ada di sini dibangun kembali?'.

Waktu itu saya katakan boleh sekali," ucap Anies, Kamis (30/6/2022).

Sayangnya, pembangunan gapura yang direncanakan dari 2018 ini sempat tertunda lantaran pandemi Covid-19 dan baru terealisasi di tahun ini.

Anies berharap agar ikon tersebut dapat menjadi salah satu simbol persatuan dan kesetaraan warga di Jakarta.

Pasalnya, konsep rancangan Gapura Chinatown Jakarta ini dinilai unik dari Gapura Chinatown yang ada di belahan dunia manapun.

Baca juga: Melihat Meriam Si Jagur yang Kerap Diartikan Vulgar, Ada Tulisan Kecil Ungkap Proses Pembuatan

Bangunan ini bertekstur dari unsur batu (berwarna abu-abu), coklat pada bagian genting, serta unsur warna hijau perpaduan budaya Betawi, dengan tulisan berwarna coklat kayu.

"Bisa kita lihat keunikannya, di sini terlihat tidak ada unsur warna merah atau kuning seperti gapura-gapura kawasan Pecinan pada umumnya.

Itulah pembeda utama Gapura Chinatown Jakarta dengan gapura-gapura pada umumnya.

Di sini terlihat ukiran naga dan unsur awan yang dominan pada gapura, melambangkan kemakmuran dan perlindungan dari Sang Maha Pencipta," ungkapnya. (*)

Sebuah cerita sejarah dan mitos Gunung Semeru mengisahkan bahwa asal usul nama Mahameru berasal dari nama Meru Agung. Maru Agung ini berasal dari Gunung Meru yang konon dipindahkan dari India ke Indonesia.

Gunung Semeru atau kerap juga disebut Mahameru menjadi salah satu gunung yang paling dikeramatkan oleh masyarakat Jawa. Banyak cerita yang menyebutkan tentang asal-usul nama Mahameru ini tak lepas dari kepercayaan penganut Hindu pada masanya.

Dalam sebuah kitab kuno berjudul Tantu Pagelaran yang ditulis pada abad ke-15, dijelaskan asal usul adanya Gunung Semeru di Pulau Jawa. Sejarah dan mitos Gunung Semeru mengatakan konon dulunya Pulau Jawa sempat terapung dan terombang-ambing tak tentu arah di tengah lautan. Menurut kepercayaan yang beredar, saat itulah Dewa Shiwa berusaha untuk “memaku” Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru ke Pulau Jawa.

Hyang Shiwa yang merupakan dewa tertinggi dalam ajaran Hindu konon memindahkan Gunung Mahameru Bharatawarsa India ke Pulau Jawa dengan bantuan Dewa Wisnu yang menjelma sebagai kura-kura raksasa dan Dewa Brahma yang menjelma sebagai ular sangat panjang.

Gunung Meru ini ditancapkan di sisi barat barat Pulau Jawa. Namun karena berat sebelah, maka sebagian Gunung Meru ditancapkan di sisi timur Pulau Jawa. Gunung di sisi barat Jawa kini diberi nama Gunung Pananggungan, sedangkan yang di sisi timur Jawa bernama Semeru atau Mahameru.

Asal-usul nama Mahameru ini konon berasal dari bahasa sanskerta “Meru Agung”. Meru berarti pusat dari alam semesta, baik secara fisik maupun spiritual. Sedangkan Agung berarti sangat besar, atau bisa juga diartikan Maha. Dari sinilah kemudian puncak Gunung Semeru diberi nama Mahameru.

Lalu mengapa gunung sisi timur yang diberi nama Mahemeru?

Sejarah dan mitos Gunung Semeru berkisah bahwa kehadiran Mahameru di timur Jawa melahirkan gunung-gunung lain yang lebih kecil. Beberapa di antaranya Gunung Lawu, Gunung Kelud, Gunung Wilis, Gunung Kawi, Gunung Arjuna dan Gunung Kemukus. Mungkin karena inilah Gunung Semeru dianggap menjadi gunung yang paling agung. Bahkan sejaran dan mitos Gunung Semeru juga menceritakan bahwa gunung ini adalah bapak dari Gunung Agung Bali.

Terlebih lagi menurut kepercayaan Hindu, pemindahan Gunung Meru India ke Pulau Jawa juga merupakan pemindahan kayangan para dewa dan nilai-nilai luhur dalam agama Hindu. Jauh sebelum Gunung Meru dipindahkan ke Jawa masyarakat Hindu percaya bahwa gunung ini merupakan temat bersemayamnya para dewa.

Maka tak heran jika Gununug Semeru-lah yang mendapatkan nama Mahameru untuk puncaknya. Karena salah satu kisah sejarah dan mitos Gunung Semeru yang masih dipercaya sampai saat ini adalah bahwa gunung ini merupakan gerbang terhubungnya bumi, tempat tinggal manusia, dan kayangan, tempat berkumpulnya para dewa.

Namun seluruh informasi ini masih perlu dipertanyakan dan ditelusuri lagi kebenarannya. Kami mencoba menghubungi Sarif Hidayat, Humas Balai Besar Taman NAsional Bromo Tengger Semeru dan mendapatkan jawaban serupa.

Pihaknya sampai saat ini juga masih terus mencari sumber referensi yang layak dipertanggungjawabkan.

“Kami juga sebetulnya msh menelusuri referensi mengenai nama-nama tempat di kawasan kami apakah itu di Bromo, tengger atau juga Semeru. Kami belum bisa memastikan tapi menurut beberapa cerita dan beberapa informasi online seperti itulah kira-kira infonya. Hanya saja kembali saya tegaskan ini masih perlu penelusuran lebih lanjut ke otentikan informasi tersebut,” jelas Sarif Hidayat.

Kalender Masehi atau Gregorian adalah sistem penanggalan yang paling banyak digunakan di seluruh dunia saat ini. Kalender ini terdiri dari 12 bulan dengan total 365 atau 366 hari dalam setahun. Berikut adalah nama-nama bulan dalam kalender Masehi beserta asal-usul dan maknanya:

Januari merupakan bulan pertama dalam kalender Masehi. Nama ini berasal dari dewa Romawi kuno bernama Janus. Janus digambarkan memiliki dua wajah - satu menghadap ke masa lalu dan satu ke masa depan. Hal ini melambangkan refleksi atas tahun yang telah berlalu dan harapan untuk tahun yang akan datang.

Janus dianggap sebagai dewa pintu gerbang, permulaan, dan transisi. Oleh karena itu, sangat sesuai bahwa bulan Januari menjadi gerbang menuju tahun baru. Di banyak budaya, Januari menjadi waktu untuk membuat resolusi dan memulai lembaran baru.

Dalam bahasa Latin, Januari disebut "Ianuarius". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Jaenueriy". Januari terdiri dari 31 hari dan sering dikaitkan dengan musim dingin di belahan bumi utara.

September (September)

September adalah bulan kesembilan dalam kalender Masehi. Nama bulan ini memiliki asal-usul yang menarik:

Di belahan bumi utara, September menandai awal musim gugur, sebuah waktu transisi yang ditandai dengan perubahan warna daun dan udara yang mulai sejuk. Fenomena perubahan warna daun, yang dikenal sebagai "fall foliage" di Amerika Utara, menjadi daya tarik wisata di banyak daerah.

Bulan ini sering dikaitkan dengan kembalinya ke rutinitas setelah liburan musim panas, dengan sekolah dan universitas memulai tahun akademik baru. Bagi banyak orang, September menjadi waktu untuk memulai proyek baru atau menetapkan tujuan baru.

Dalam tradisi pertanian, September adalah waktu penting untuk panen, terutama untuk tanaman seperti anggur di banyak wilayah penghasil anggur. Festival-festival panen sering diadakan selama bulan ini untuk merayakan hasil bumi.

Equinox musim gugur, yang menandai hari dan malam yang sama panjangnya, juga jatuh pada bulan ini, biasanya sekitar tanggal 22 atau 23. Peristiwa astronomi ini telah lama dianggap penting dalam berbagai budaya dan tradisi.

Di banyak budaya, September dianggap sebagai bulan yang menyenangkan, dengan cuaca yang nyaman dan keindahan alam yang khas musim gugur mulai terlihat. Ini sering menjadi waktu yang populer untuk kegiatan outdoor seperti hiking dan camping.

Dalam bahasa Latin, September disebut "September". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Septembe". September terdiri dari 30 hari dan sering dikaitkan dengan konsep perubahan dan transisi.

November (November)

November adalah bulan kesebelas dalam kalender Masehi. Nama bulan ini memiliki asal-usul yang menarik:

Di belahan bumi utara, November menandai fase akhir musim gugur dan transisi menuju musim dingin. Bulan ini sering ditandai dengan suhu yang semakin dingin, hari-hari yang semakin pendek, dan pohon-pohon yang kehilangan daunnya terakhir.

Di Amerika Serikat, November dikenal dengan perayaan Thanksgiving pada Kamis keempat bulan ini. Thanksgiving adalah hari libur nasional yang berfokus pada rasa syukur dan berkumpul bersama keluarga. Perayaan ini sering dikaitkan dengan hidangan tradisional seperti kalkun panggang dan pai labu.

Di banyak negara Eropa, 1 November dirayakan sebagai Hari Semua Orang Kudus, sebuah hari untuk mengenang orang-orang yang telah meninggal. Perayaan ini sering melibatkan kunjungan ke makam dan penyalaan lilin untuk menghormati yang telah tiada.

Dalam konteks politik Amerika, November setiap empat tahun menjadi bulan yang sangat penting karena pemilihan presiden diadakan pada bulan ini. Hal ini membuat November menjadi bulan yang penuh dengan aktivitas politik dan media.

Dari perspektif alam, November sering dianggap sebagai waktu persiapan untuk musim dingin yang akan datang. Banyak hewan mengumpulkan makanan atau bersiap untuk hibernasi selama bulan ini. Tumbuhan juga mengalami perubahan signifikan, dengan sebagian besar pohon kehilangan daunnya.

Meskipun cuaca sering menjadi lebih dingin dan suram, November juga dapat memiliki hari-hari yang cerah dan sejuk, ideal untuk kegiatan outdoor seperti hiking atau menikmati pemandangan akhir musim gugur.

Dalam bahasa Latin, November disebut "November". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Nouvembe". November terdiri dari 30 hari dan sering dikaitkan dengan persiapan menjelang musim dingin dan perayaan-perayaan keluarga.

Februari (February)

Februari adalah bulan kedua dalam kalender Masehi. Nama ini berasal dari festival pemurnian tahunan Romawi kuno yang disebut Februalia. Festival ini diadakan pada pertengahan bulan dengan tujuan menyucikan kota dan penduduknya, menandai transisi dari musim dingin yang gelap ke harapan musim semi yang akan datang.

Kata "Februarius" dalam bahasa Latin berarti "pembersihan" atau "pemurnian". Hal ini mencerminkan ritual-ritual pembersihan dan penyucian yang dilakukan selama festival Februalia. Konsep pembaruan dan persiapan untuk siklus pertumbuhan baru sangat kental dalam makna bulan ini.

Februari memiliki keunikan tersendiri karena jumlah harinya yang berbeda tergantung tahun kabisat. Pada tahun biasa, Februari memiliki 28 hari, sementara pada tahun kabisat bertambah menjadi 29 hari. Fenomena ini telah melahirkan berbagai tradisi dan takhayul di seluruh dunia.

Pengucapan Februari dalam bahasa Inggris adalah "Februeriy". Di banyak negara, Februari juga dikenal sebagai bulan cinta, dengan perayaan Hari Valentine pada tanggal 14.

Maret adalah bulan ketiga dalam kalender Masehi. Nama ini diambil dari Mars, dewa perang dalam mitologi Romawi. Pemilihan nama ini memiliki beberapa alasan yang menarik:

Di belahan bumi utara, Maret menandai awal resmi musim semi. Ini adalah waktu kebangkitan dan pertumbuhan baru di alam. Fenomena alam seperti kembalinya burung-burung migran, munculnya tunas-tunas pertama, dan hari yang semakin panjang semua berkontribusi pada citra Maret sebagai bulan yang penuh energi dan harapan.

Dalam bahasa Latin, Maret disebut "Martius". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Maarch". Maret terdiri dari 31 hari dan sering dikaitkan dengan pepatah "March comes in like a lion and goes out like a lamb", menggambarkan cuaca yang berubah-ubah dari kasar menjadi lebih lembut sepanjang bulan.

April merupakan bulan keempat dalam kalender Masehi. Asal-usul nama April masih diperdebatkan, namun ada beberapa teori yang menarik:

April terkenal dengan hujan musim seminya, yang melahirkan ungkapan "April showers bring May flowers" dalam bahasa Inggris. Ungkapan ini menggambarkan bagaimana hujan di bulan April mempersiapkan tanah untuk mekarnya bunga-bunga di bulan Mei.

Dalam bahasa Latin, April disebut "Aprilis". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Eipril". April terdiri dari 30 hari dan sering dikaitkan dengan kebangkitan alam setelah musim dingin.

April juga dikenal dengan Hari April Mop pada tanggal 1, sebuah tradisi lelucon dan tipuan yang mungkin berakar pada perayaan musim semi kuno. Asal-usul pasti dari tradisi ini masih menjadi misteri, namun telah menjadi bagian integral dari budaya banyak negara.

Mei adalah bulan kelima dalam kalender Masehi. Nama ini memiliki beberapa kemungkinan asal-usul yang menarik:

Di belahan bumi utara, Mei sering dianggap sebagai puncak musim semi, dengan alam dalam keadaan mekar penuh. Bulan ini ditandai dengan hari-hari yang semakin panjang dan hangat, menciptakan suasana yang penuh harapan dan vitalitas.

Dalam banyak budaya, Mei dikaitkan dengan berbagai festival dan perayaan yang merayakan kesuburan dan kehidupan. Salah satu tradisi yang terkenal adalah Maypole dancing di beberapa negara Eropa, di mana orang-orang menari mengelilingi tiang yang dihiasi pita warna-warni.

Dalam bahasa Latin, Mei disebut "Maius". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Mei". Mei terdiri dari 31 hari dan sering dikaitkan dengan bunga-bunga yang bermekaran dan cuaca yang semakin hangat.

Juni adalah bulan keenam dalam kalender Masehi. Nama ini memiliki akar yang kuat dalam mitologi Romawi:

Karena asosiasi dengan Juno sebagai dewi pernikahan, Juni telah lama dianggap sebagai bulan yang menguntungkan untuk pernikahan. Tradisi ini masih bertahan hingga saat ini di banyak budaya Barat, di mana Juni menjadi bulan yang populer untuk melangsungkan pernikahan.

Di belahan bumi utara, Juni menandai awal musim panas, dengan hari terpanjang tahun ini (titik balik matahari musim panas) jatuh sekitar tanggal 20 atau 21 Juni. Bulan ini sering dikaitkan dengan cuaca yang hangat dan cerah, liburan sekolah, dan awal musim liburan.

Dalam tradisi pertanian, Juni adalah waktu penting untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman. Banyak tanaman mulai berbunga dan menghasilkan buah pada bulan ini.

Dalam bahasa Latin, Juni disebut "Iunius". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Juun". Juni terdiri dari 30 hari dan sering dianggap sebagai bulan yang penuh kegembiraan dan aktivitas outdoor.

Juli adalah bulan ketujuh dalam kalender Masehi. Nama bulan ini memiliki sejarah penamaan yang menarik dan berkaitan erat dengan sejarah Romawi:

Julius Caesar memainkan peran penting dalam reformasi kalender Romawi. Dia memperkenalkan kalender Julian, yang menjadi dasar bagi kalender Gregorian yang kita gunakan saat ini. Reformasi ini termasuk penambahan hari ekstra setiap empat tahun (tahun kabisat) untuk menjaga kalender tetap selaras dengan tahun tropis.

Juli sering dianggap sebagai puncak musim panas di belahan bumi utara, ditandai dengan cuaca yang panas dan hari-hari panjang. Bulan ini sering dikaitkan dengan liburan musim panas, festival outdoor, dan berbagai kegiatan rekreasi di alam terbuka.

Di Amerika Serikat, Juli dikenal dengan perayaan Hari Kemerdekaan pada tanggal 4, sebuah hari libur nasional yang penuh dengan kembang api dan perayaan patriotik. Di banyak negara Eropa, Juli menandai dimulainya liburan panjang musim panas, dengan banyak orang mengambil cuti panjang selama bulan ini.

Dalam bahasa Latin, Juli disebut "Iulius". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Juulai". Juli terdiri dari 31 hari dan sering dianggap sebagai bulan terpanas tahun ini di belahan bumi utara.

Agustus adalah bulan kedelapan dalam kalender Masehi. Nama bulan ini juga memiliki akar yang kuat dalam sejarah Romawi:

Augustus Caesar, yang nama aslinya adalah Octavian, memainkan peran kunci dalam mengubah Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi. Dia memerintah selama periode panjang kedamaian dan kemakmuran yang dikenal sebagai Pax Romana. Kontribusinya terhadap arsitektur, hukum, dan administrasi Romawi sangat signifikan.

Di belahan bumi utara, Agustus sering dianggap sebagai puncak akhir musim panas. Bulan ini biasanya ditandai dengan cuaca yang sangat hangat, sering kali menjadi bulan terpanas tahun ini di banyak wilayah.

Agustus sering dikaitkan dengan liburan musim panas yang panjang, dengan banyak orang mengambil cuti untuk bepergian atau menikmati aktivitas outdoor. Di banyak negara, Agustus menandai akhir liburan sekolah dan persiapan untuk kembali ke rutinitas akademik.

Bulan ini juga penting dalam siklus pertanian, dengan banyak tanaman mencapai kematangan dan panen musim panas yang berlangsung. Festival-festival panen dan perayaan musim panas sering diadakan selama bulan Agustus, merayakan kelimpahan alam dan menikmati hari-hari panjang yang tersisa sebelum kedatangan musim gugur.

Dalam bahasa Latin, Agustus disebut "Augustus". Pengucapannya dalam bahasa Inggris adalah "Aagust". Agustus terdiri dari 31 hari dan sering dianggap sebagai bulan terakhir liburan musim panas sebelum musim gugur tiba.

Kaitan Antara Julukan Paku Pulau Jawa dan Nama Mahameru

Legenda mengenai asal usul Gunung Semeru dikatakan terdapat dalam kitab kuno Tantu Pagelaran yang dipercaya dari abad ke-15. Demikian dikutip dari buku Soe Hok Gie Sekali Lagi: Buku, Pesta, dan Cinta di Alam Bangsanya karya Rudi Badil dkk.

Dalam kitab kuno Tantu Pagelaran disebutkan, suatu saat Pulau Jawa mengapung terombang-ambing di lautan. Kemudian, Batara Guru yang dianggap sebagai penguasa tunggal memerintahkan para dewa dan raksasa agar memindahkan Gunung Mahameru di India, untuk menjadikannya sebagai paku Pulau Jawa agar tidak terombang-ambing.

Para dewa dan raksasa lalu meletakkan Gunung Mahameru di bagian barat Pulau Jawa. Akan tetapi, disebabkan timur Pulau Jawa posisinya terjungkit ke atas, akhirnya gunung tersebut dipindah ke bagian timur.

Di perjalanan pemindahannya, Gunung Mahameru berceceran dan membentuk beberapa gunung lain di Pulau Jawa. Saat diletakkan pun, posisinya miring ke utara. Sehingga, ujung gunung ini dikisahkan dipotong dan potongannya diletakkan di barat laut. Potongannya ini disebut Gunung Pawitra yang sekarang dikenal sebagai Gunung Penanggungan.

Kisah Gunung Semeru yang berasal dari Gunung Mahameru ini senada dengan yang dikatakan dalam The Seven Summits of Indonesia milik Hendri Agustin. Hendri menyebutkan, Gunung Meru yang dipindahkan dari India dipercaya sebagai asal mula nama Mahameru. Gunung Semeru juga dipercaya sebagai ayah dari Gunung Agung yang ada di Bali.

Asal Usul dan Arti Nama Gunung Semeru

Disebutkan dalam jurnal berjudul Toponimi Gunung Semeru karya Djindan dkk. seperti dikutip dari akun Instagram Kemdikbud RI pada Rabu (08/12/2021), Gunung Semeru juga kerap disebut dengan Mahameru.

Istilah mahameru didapat dari bahasa Sansekerta yang artinya meru agung. Meru artinya adalah pusat jagat raya dan agung artinya besar.

Semeru juga memiliki beberapa nama lain yaitu Semeroe, Smeru, dan Smiru. Ejaan nama ini diambil dari peta Beschryving van de vulkanen Semeroe en Lemongan yang merupakan peta ekspedisi dari Belanda di abad ke-19. Peta ini dinamakan Top van den Semeroe (1879).

Dalam peta tersebut, Semeroe ditulis sebagai nama gunungnya dan Mahameroe sebagai nama puncaknya.